Hari ini sedang tidak ada waktu untuk menulis blog, tapi kepingin posting, jadi saya posting saja tulisan saya yang sudah dimuat dalam majalah Smart Living, karena tidak semua orang punya majalah tersebut tidak ada salahnya informasi ini saya sampaikan di sini siapa tau bermanfaat bagi yang membutuhkan….

……………………………………………………………..

Setiap pasangan umumnya mendambakan kehadiran seorang buah hati sebagai tanda cinta dan pengikat keduanya. Namun jika si kecil tak kunjung hadir, maka setiap pasangan sebaiknya bijaksana untuk bersama-sama berkonsultasi dengan konsultan fertilitas, melakukan pemeriksaan fisik maupun laboratorium.  Seiring dengan bertambahnya pengetahuan mengenai fungsi reproduksi pria maka pentingnya faktor dari pria (suami)  pada kasus infertilitas (ketidaksuburan) sejak beberapa tahun terakhir meningkat.  Dahulu perhatian terfokus hanya pada pihak wanita saja sebagai penyebab ketidaksuburan pasangan. Saat ini diketahui kelainan pada pria memberikan kontribusi 30% dan 20% disebabkan kelainan kedua belah pihak pasangan. Oleh karena itu, faktor pria atau suami memegang kontribusi 50% pada pasangan infertil atau dengan kata lain baik suami maupun istri mempunyai kontribusi yang sama. Pengertian infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil/menghamili setelah 1 tahun menikah tanpa penggunaan alat kontrasepsi. Faktor-faktor  yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pria adalah gonadotoksin. Gonadotoksin berkaitan dengan lingkungan seperti paparan panas, merokok, radiasi, logam berat, larutan organik dan pestisida.  Peningkatan suhu yang sedang pada kantung skrotum dapat menimbulkan efek samping terhadap pembentukan sperma sehingga densitas dan motilitas sperma menurun. Pemakaian celana yang terlampau ketat, berendam air panas, spa dan pekerjaan yang terlalu lama duduk dapat menurunkan kesuburan. Merokok atau pemakaian marijuana, konsumsi alkohol dan kokain dapat menurunkan kualitas semen dan konsentrasi testosteron. Beberapa obat-obatan juga mempunyai efek gonadotoksin seperti; cimetidine, spironolactone, nitrofurans, sulfasalazine, erythromycin, tetracyclines dan agen kemoterapi.  Penyebab terjadinya infertilitas pada pria menurut data dari WHO  

Faktor Penyebab Angka kejadian (%)
Faktor seksual 1.7
Infeksi urogenital 6.6
Kelainan bawaan 2.1
Faktor dapatan 2.6
Varicocele 12.3
Gangguan hormon 0.6
Faktor imunologi 3.1
Kelainan lain 3
Sindrom Oligozoospermia, Asthenozoospermia dan Teratozoospermia 75.1

 Keadaan penyebab infertilitas tersebut dapat diketahui dengan cara pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, kemudian dilanjutkan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian penting untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya kelainan pada setiap proses reproduksi. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk evaluasi kesuburan pria adalah sebagai berikut:

  1. Analisa sperma
  2. Urinalisis
  3. Luteinizing Hormone (LH)
  4. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
  5. Prolaktin
  6. Testosteron
  7. Antibodi anti-sperma

 Analisa SpermaKehamilan terjadi karena adanya sperma dari pria yang membuahi sel telur (ovum) wanita. Agar dapat membuahi sel telur, sperma harus berkualitas baik. Artinya, jumlahnya cukup, kualitas yang meliputi bentuk, gerakan dan kecepatannya harus baik. Sperma yang kurang baik tidak akan mampu membuahi sel telur yang letaknya cukup jauh dari vagina. Ejakulasi yang kuat saja tidak cukup, sebab kemampuan membuahi tergantung pada kualitas dan kuantitas sperma. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan analisa sperma yang akurat, maka pasien tidak boleh mengalami ejakulasi baik melalui aktivitas seksual, masturbasi ataupun pengeluaran sperma pada saat mimpi dalam waktu 2-7 hari sebelum pemeriksaan. Paling tidak perlu dilakukan 2-3 kali pemeriksaan analisa sperma dalam waktu yang berbeda sebelum menentukan normal atau tidak. Berdasarkan hasil analisa sperma dapat diketahui kelainan kelainan pada sperma seperti :

  • Oligospermia : jumlah sperma lebih kecil dari normal, normalnya jumlah sperma adalah lebih dari 40 juta/ ejakulasi
  • Asthenozoospermia : motilitas sperma kurang dari normal, motilitas sperma yang normal menurut World Health Orgaization (WHO) adalah lebih dari 50%
  • Teratozoozpermia : sperma normal kurang dari 14%

 UrinalisisPemeriksaan urinalisis membantu dalam evaluasi infertilitas pria karena dengan pemeriksaan ini dapat melihat apabila ada retrogade ejaculation (ejakulasi balik) selain dapat mengetahui infeksi prostat dan saluran kemih. Retrogade ejaculation adalah suatu keadaan di mana terjadi kelainan pada saluran keluarnya sperma mengakibatkan sperma tidak keluar sebagaimana mestinya melainkan masuk dan keluar melalui saluran kemih. Hormon (LH, FSH, Prolaktin dan Testosteron)Pemeriksaan hormon di dalam evaluasi infertilitas bermanfaat untuk mengetahui apabila terdapat kelainan hormon yang mempengaruhi reproduksi pria. Misalnya apabila terjadi peningkatan LH diatas normal dapat berguna sebagai petunjuk terhadap kemungkinan :

  • Gagal testis primer
  • Seminiferous tubule dysgenesis (sindrom klinifelter)
  • Sertoli cell failure

Contoh lain adalah prolaktin, apabila prolaktin tinggi pada pria maka dapat menghambat dikeluarkannya hormon-hormon seks (testosteron, LH, FSH) yang berakibat pada terganggunya pembentukan sperma (spermatogenesis) atau dapat pula menyebabkan impotensi. Antibodi anti-spermaPada kasus infertilitas akibat adanya antibodi anti-sperma ini  awalnya adalah karena terbentuknya antibodi terhadap sperma pada laki-laki. Antibodi terhadap sperma merupakan fenomena autoimun, karena sistem imun membentuk antibodi terhadap antigen tubuhnya sendiri yaitu sperma. Antibodi terhadap sperma dapat ditemukan dalam darah, cairan semen maupun pada permukaan sperma sehingga sperma mati sebelum dapat membuahi sel telur. Antibodi terhadap sperma ini biasanya dijumpai pada beberapa pria dengan penyakit testikular dan penyakit autoimun spermatogenesis. Masih ada secercah harapan bagi pria yang dinyatakan secara medis infertil. Saat ini berbagai teknik dan teknologi kedokteran dikembangkan untuk mengatasi gangguan reproduksi pada pria. Beberapa pria infertil yang menjalani pengobatan maupun pembedahan  dapat mengalami perbaikan dan dapat melakukan konsepsi alami. Di lain pihak kelainan sperma dapat diatasi dengan inseminasi intrauterin. Ketika semua usaha tersebut sudah tidak lagi bermanfaat maka teknologi modern seperti Assisted Reproductive Technologies (ART) masih memberikan harapan untuk berhasil. Fertilisasi invitro atau bayi tabung menggunakan  Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) melibatkan sperma tunggal yang secara langsung disuntikkan pada sel telur yang matang  sehingga masih memberi harapan pria infertil untuk memiliki anak. Inseminasi buatan menggunakan donor sperma, merupakan pilihan terakhir untuk pasangan dengan pria infertil.   

  Pustaka

  1. http://www.bellaonline.com/articles/art29799.asp
  2. Niederberger C, Joyce GF, Wise M and Meacham RB. Chapter 14: Male Infertility. Urologic Disease in America 2006; 461-480.
  3. Dohle GR, Jungwirth A, Colpi G, Giwerchman A, Diemer T and Hargreave TB. Guidelines on Male Infertility. European Association of Urology 2007.
  4. Speroff L and Fritz MA. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Seventh edition. Chapter 30: Male Infertility; 1135-1164.