Berawal dari tahun 2015, adalah pertama kalinya ke swiss, suatu negara yang sudah lama saya inginkan untuk dikunjungi. Waktu itu listing teratas saya adalah Jungfraujoch Top of Europe, gunung dengan salju abadi yang puncaknya kelihatan dari pesawat.

Perjalanan ke jungfraujoch menggunakan kereta dengan jendela besar, pemandangan memanjakan mata. Melintasi suatu desa dengan rumah rumah yg berjarak, tanahnya diselimuti rumput seperti karpet hijau, sapi sapi leluasa makan rumput dilepas begitu saja, dipinggirnya ada sungai yang airnya sangat jernih. Saya takjub melihatnya, pemandangan yang pernah ada dalam imajinasi saya ternyata ada! Tempat apa ini? Sejak saat itu grindelwald tidak pernah saya lupakan, ya harus kembali lagi.

Akhir diakhir tahun 2022, ketika COVID-19 terkendali, tiket pswt pun terpakai juga akhirnya. Hanya masalah waktu bergeser saja krn pandemi.

Bibir ini tak hentinya menyungging senyum ketika kereta yang membawa kami mulai mendekati grindelwald. Dalam hari bertanya apakah masih seindah 7 tahun lalu, apakah masih sama dengan yg tercapture dalam ingatanku. iya semua masih sama indahnya.

Kami menyewa rumah via AirBnB yang terasnya menghadap lamgsung gunung Eiger, menghabiskan waktu 3 hari 2 malam di sana.

Foto ini diambil hari pertama sampai Grindelwald

Dari stasiun menuju rumah tinggal sementara cukup berjalan kaki, kebetulan arahnya menurun sehingga terbantu menjadi ringan membawa koper. Rasanya tidak ada yg perlu dikeluhkan, sepanjang jalan disuguhi lukisan alam yang sangat indah.

Rumah yang kami sewa menyediakan peralatan masak lengkap, setelah meletakkan koper, lalu pergi belanja. nah sepanjang jalab menuju supermarket ini lah capture foto sebanyak banyaknya. Sore itu suhu di grindelwald adalah 1-5 C ini yg paliing saya suka, dingin jadi meski jalan jauh ga keringetan sama sekali.

Karena sudah masuk winter jadi jam 5 sudah gelap gulita, siangnya pendek. Menikmati suasana desa di eropa sore itu sambil ngobrol dan makan. Cukup banyak belanjaan kita karena aneka makanan di supermarket semua menggiurkan. Terutama di sini cukup berlimpah chips tanpa MSG.

Karena mata ini masih ikut jam jakarta, sekitar jam 7 waktu setempat kita udah ngantukkk berat maklum di jakarta udah jam 01:00 kan. Alhasil jam 3 pagi kita udah pada bangun, meja makan dan dan dapur jadi tempat kumpul favorit. Nunggu matahari terbit lama banget rasanya, saat itu sunrise jam 7:30.

Punya waktu cukup banyak untuk bereskan pekerjaan kantor, meski cuti sudah jadi kebiasaan tetep membawa laptop dan meluangkan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan. Apalagi sambil menikmati pemandangan hijau yang bukan screen laptop

Kalo pemandangan begini bagus buat kesehatab mata

Jarak satu rumah dengan rumah yg lain itu jauhan, tapi di sini ga ada sih yg teriak teriak minta garam ke tetangga πŸ˜‚.

Dari grindelwald ke jungfraujoch itu dekat sekali, ke jungfrau lagi? Tentuuu, dulu pertama ke jungfraujoch 2015 kita ada insiden kecil yg dialami teman dan saat itu badai jadi belum 100 % puas.

Kali ini kita ke jungfraujoch naik kereta gantung, beda dg 2015 sebelumnya yang naik kereta biasa. waah ternyata jauh lebih asyik naik kereta gantung. Keretanya semua dinding kaca jadi pandangan bebas dan luas. Selain waktu tempuh jadi jauh lebih singkat.

Nah ini satu space kereta dipake sendiri 😜 lapang kan

Sekitar 15 menit deh udah sampai, lucunya begitu sampai di pemberhentian di atas ketemu turisnya semua dari indonesia. Ga ada satupun bukan dari indonesia, sampai takjub sendiri. Kita jadi ketawa ketawa berasa di bromo soalnya, belum lagi celetukan pas makan siang gara gara nyari sambel. Duh lama lama buka warung ayam penyet juga deh di jungfrau, atau kedai mie rebus, atau ketan bakar hahaha.

Jadi ga merasa asing, udah gitu ketemunya baik semua dan ramah semua, ada dari solo surabaya malang denpasar bahkan ada rombongan padang juga. Uniknya ketemu mereka hanya di jungfrau, setelah itu pada kemana ya mereka? Itu beneran orang kn yg kita temuin 😜

Nah ini salah satu pembeda dg 2015. Dulu kursi ini belum dibuat

Dari jungfraujoch masih jam 2 an enaknya kemana? Lanjuttt ke lauterbrunen, mau lihat air terjun namanya Staubach Falls. Tingginya 297 meter, bukan main!

Nah air terjun di belakang saya itu adalah air terjun Staubach setinggi 297 meter. Eh kemana topi baret itemnya?

Dari lauterbrunen naik kereta balik lagi deh ke grindelwald dan di stasiun grindelwald ketemu rombongan artis indonesia tentunya kan kan berasa di plaza indonesia dah.

Udah dulu ya cerita di grindelwald dan swiss. Sampai jumpa di part lainnya